Ketua
Prof. Dr. S. Budhisantoso Wakil ketua Prof. Dr. Dimyati Hartono Wakil ketua Prof. Dr. Valerin Krikhof Sekretaris D.I. Silalahi, SH. MH. Anggota 1. Ny. O. Kilikily/ Boway 2. Prof. DR. Aminudin Noor, SH 3. Wem C. Locn 4. Prof. Dr. Andi Hamzah, SH 5. H. Abdullah Wachdin bin Basyarahil 6. Pandang (Puang Nojeng) 7. Hadi Hartanto, SH 8. Nurdin Latarisa, SH 9. Soekarno (Nano) 10. Abdul Khair, SH. MH 11. Hercules Rasario Marshal 12. Marghinus Atalauw M. Lakona 13. Ustadz Abdul Azis 14. Nikholas Azis Laa 15. Laurents 16. Yopi Rumaketty
Ketua
Brigjen TNI (Purn) Drs. Daryoto, SH Wakil ketua Kombes Pol (Purn) Drs. James Umbo Wakil ketua Kol. TNI (Purn) Rukimin, SH Sekretaris Drs. Iday Setiadharma Anggota 1. H. Abd. Rasyid 2. GPH. Harry Suryo 3. Dr. Syahnan Phalipi, SH. SE. MM 4. Izak Zulkarnain, SH 5. H. Ka'ab Yitzak Pattipawae 6. Eko Pryono 7. H. Tubagus Atik Kosasih, SE 8. H. Syaiful 9. Marudut Siregar, SH. MH 10. Ir. R. Indratno 11. Drs. Abednego, T. P. SE, MBA, MAK 12. Bunda Ratu Yeni Maliana 13. Arifin 14. Pdt. Fredy Tuela 15. H. Abu (Caca) 16. Eman 17.
|
|
Senin, 09 Desember 2013
Susunan Dan Komposisi Fungsionoris Presidium Pusat LMR - RI Periode 2013 - 2014
Minggu, 28 Juli 2013
Mengungkap kezaliman media massa terhadap umat Islam
Ukasyah Selasa, 15 Ramadhan 1434 H / 23 Juli 2013 09:20
JAKARTA (Arrahmah.com) - Dalam
Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang mayoritas penduduknya
Muslim ini, sungguh ironis, umumnya media massanya justru tak berpihak
pada Islam dan kaum Muslimin.
Parade kezaliman atas pemberitaan umat mayoritas ini kian menyudutkan Islam. Sejumlah peristiwa, seperti kasus Ahmadiyah, Syiah Sampang, Gereja HKBP di Bekasi, Yasmin di Bogor, Irshad Manji, “terorisme”, dan sebagainya, jadi bulan-bulanan media massa mainstream yang tak berpihak pada Islam dan kaum Muslimin.
Belum lagi peristiwa-peristiwa dunia semisal berita perang Irak, senjata pemusnah massal, kasus 11 September 2001 di Amerika, perang terhadap “terorisme”, dan seterusnya, yang kesemuanya itu menghantam Islam dan kaum Muslimin. Ketidakadilan alias kezaliman, itulah yang terjadi hari ini, untuk menggambarkan penyudutan pemberitaan terhadap umat Islam.
Demikian diungkap Mohamad Fadhilah Zein pada bagian awal acara Bedah Buku ‘Kezaliman Media Massa terhadap Umat Islam’, Ahad (21 Juli 2013) di Aula Buya Hamka, Masjid Agung Al-Azhar, Jakarta Selatan.
Penulis
buku ini, Mohamad Fadhilah Zein, mantan produser/wartawan TVOne,
memaparkan secara singkat, bahwa pemberitaan sejumlah kasus keumatan
yang tidak berpihak pada Islam itu, antara lain disebabkan kaum Muslimin
tidak menguasai media.
“Karenanya, tujuan menghadirkan buku ini, di antaranya karena umat Islam lemah dalam hal media,” ujar Fadhilah Zein. “Maka, buku ini hadir sebagai refleksi bahwa pentingnya media bagi umat Islam,” lanjutnya. Dan, bukankah sejarah pergerakan Islam selalu disertai dengan media?
Artinya, begitu pentingnya media sebagai alat untuk mendukung dan memperjuangkan kepentingan si pemiliknya. Maka, kata Fadhilah Zein, apa yang dihadirkan di televisi tak terlepas dari kepentingan pemiliknya. Tak aneh kalau kemudian partai-partai politik membangun media massa, karena media massa efektif untuk menghagemoni massa/publik.
Menyinggung kezaliman pemberitaan terorisme, Fadhilah mengungkap TVOne pernah memberitakan seorang pengusaha dikaitkan dengan “terorisme”, padahal orang tersebut bukan “teroris”. Itu terjadi pada tayangan September 2012.
Begitu pula MetroTV, ujarnya, saat menayangkan ‘Rohis Sarang Teroris’, padahal faktanya tidak demikian. Lalu, ayah dua putra ini menyebut aksi penggerebekan “terorisme” di Temanggung beberapa tahun lalu sekaligus sebagai salah satu upaya untuk menaikkan rating stasiun televisi tertentu.
“Demikian hebohnya aksi penggerebekan ‘terorisme’ di Temanggung pada 2009, lalu disiarkan secara live oleh stasiun televisi, ini tak lebih dari realityshow dalam rangka menaikkan rating,” ungkapnya.
Kezaliman media massa lainnya, menurut Fadhilah Zein, ketika Syafi’i Ma’arif mengakui pernah diminta Polri untuk turut membantu, menyudutkan Ustadz Abu Bakar Ba’asyir dalam kasus “Terorisme”, namun tokoh Muhammadiyah itu menolaknya. “Tapi pernahkah media massa nasional mengangkat tema ini secara kritis, mengkritisi dan memblowupnya, itu tidak pernah,” sesalnya.
Begitu pula waktu demo menentang Irshad Manji, sebuah media berita online terbesar cuma menulis 150 orang yang demo, padahal ribuan, ini kezaliman terhadap umat Islam.
“Kasus Irshad Manji, Gereja HKBP, kasus Ciketing, terorisme, dan sebagainya, semuanya bermuara pada kesimpulan untuk menegaskan: umat Islam itu intoleran, inilah wajah umat Islam Indonesia,” kata Fadhilah Zein.
Secara tak sadar kita diatur media. Kita hidup dimana teknologi informasi bergerak sangat cepat. Dan, lewat sejumlah media mainstream itu, umat Islam disudutkan. “Tetapi ada perlawanan dari media-media Islam seperti Arrahmah.com, Islampos, Salam-Online, Voa-Islam, dan lainnya. Tak mustahil perlawanan media-media Islam ini, akan mengubah semua itu,” harapnya.
Pembicara berikutnya, Mustofa B Nahrawardaya, seorang aktivis muda Muhammadiyah yang sedang ‘naik daun’, membenarkan apa yang diungkap Fadhilah Zein. Aktivis yang pernah menjadi wartawan ini mengatakan, bahwa ia juga merasakan dan mengalami apa yang telah diungkap oleh Fadhilah Zein.
Menurut Mustofa, media mainstream akan memberitakan jika peristiwa itu merugikan umat Islam. “Tetapi tidak memberitakan jika kasus itu menguntungkan umat Islam,” terangnya.
Selanjutnya, kata Mustofa, fakta-fakta itu bisa dibuat. Ia menggambarkan, bagaimana, misalnya, fakta “terorisme” itu dibuat. Gara-gara mengungkap hal ini, Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Ansyaad Mbai murka kepadanya.
“Waktu itu, dalam dialog (Indonesia Lawyers Club, red) di TVOne saya ungkapkan bagaimana fakta-fakta terorisme itu bisa dibuat, Kepala BNPT Ansyaad Mbai murka pada saya, dan sampai 3 bulan saya tidak bisa tampil di TVOne,” kata Mustofa.
Di bagian terakhir Ustadz Fahmi Salim, MA, menegaskan bahwa media massa menjadi tonggak penting untuk tegaknya risalah Islam.
Wakil Sekjen Majelis Intelektual dan Ulama Muda Indonesia (MIUMI) ini juga mengingatkan, bahwa umat Islam sekarang sedang dikepung musuh dari berbagai penjuru, tapi kemudian ada kuda-kuda berlari kencang dan memercikkan bunga api dengan pukulan kuku kakinya, menyerang kumpulan musuh sebagaimana digambarkan dalam surat ke-101 (QS Al-’Adiyat).
Karena itulah, kata Ustadz Fahmi Salim, umat Islam harus menyiapkan semua sarana, termasuk media, seperti tadi disampaikan oleh penulis buku ini.
Pentingnya kita menguasai media agar, “Jangan terus-terusan kita dibodohi media massa mainstream yang menggambarkan kehebatan musuh,” pintanya.
“Dan, jangan lupa, yang mendorong untuk melawan stigmatisasi (kehebatan musuh, red) juga adalah media sosial. Jadi media sosial juga penting untuk mengimbangi media mainstream,” imbuhnya.
Bagaimanapun, menurut Ustadz Fahmi, kita harus melawan ketika media mainstream menutup-nutupi kasus yang tidak menguntungkan mereka. “Kasus Ahmadiyah atau Syiah, luar biasa, dijadikan alat untuk menampar, lewat kasus-kasus ini umat Islam dizalimi oleh tirani media. Ulama kredibilitasnya dihancurkan, ini harus kita lawan,” tandasnya.
Ustadz Fahmi juga mengingatkan, bahwa jahatnya media mainstream bisa membalikkan persepsi umat yang benar. “Bahwa orang-orang kafir itu lebih baik daripada orang-orang beriman. Orang Islam tak becus mengurus negara, dan sebagainya, macam-macam stigma yang mereka lekatkan,” kata Ustadz Fahmi.
“Mereka menginginkan agar orang-orang kafir saja yang memimpin negara ini… orang-orang kafir lebih santun, lebih profesional, bahkan lebih ‘Islam’ dibanding orang Islam. Dan, mereka mencontohkan Jepang, Amerika, tapi mereka tutup mata, mestinya lihat juga dong negara-negara kafir seperti Filipina, Myanmar, dan lainnya, yang tak becus mengurus negaranya,” papar Ustadz Fahmi seraya mengutip surat An-Nisaa’ ayat 61. (salam-online/arrahmah.com)
Parade kezaliman atas pemberitaan umat mayoritas ini kian menyudutkan Islam. Sejumlah peristiwa, seperti kasus Ahmadiyah, Syiah Sampang, Gereja HKBP di Bekasi, Yasmin di Bogor, Irshad Manji, “terorisme”, dan sebagainya, jadi bulan-bulanan media massa mainstream yang tak berpihak pada Islam dan kaum Muslimin.
Belum lagi peristiwa-peristiwa dunia semisal berita perang Irak, senjata pemusnah massal, kasus 11 September 2001 di Amerika, perang terhadap “terorisme”, dan seterusnya, yang kesemuanya itu menghantam Islam dan kaum Muslimin. Ketidakadilan alias kezaliman, itulah yang terjadi hari ini, untuk menggambarkan penyudutan pemberitaan terhadap umat Islam.
Demikian diungkap Mohamad Fadhilah Zein pada bagian awal acara Bedah Buku ‘Kezaliman Media Massa terhadap Umat Islam’, Ahad (21 Juli 2013) di Aula Buya Hamka, Masjid Agung Al-Azhar, Jakarta Selatan.
Buku kezaliman media massa terhadap umat Islam
“Karenanya, tujuan menghadirkan buku ini, di antaranya karena umat Islam lemah dalam hal media,” ujar Fadhilah Zein. “Maka, buku ini hadir sebagai refleksi bahwa pentingnya media bagi umat Islam,” lanjutnya. Dan, bukankah sejarah pergerakan Islam selalu disertai dengan media?
Artinya, begitu pentingnya media sebagai alat untuk mendukung dan memperjuangkan kepentingan si pemiliknya. Maka, kata Fadhilah Zein, apa yang dihadirkan di televisi tak terlepas dari kepentingan pemiliknya. Tak aneh kalau kemudian partai-partai politik membangun media massa, karena media massa efektif untuk menghagemoni massa/publik.
Menyinggung kezaliman pemberitaan terorisme, Fadhilah mengungkap TVOne pernah memberitakan seorang pengusaha dikaitkan dengan “terorisme”, padahal orang tersebut bukan “teroris”. Itu terjadi pada tayangan September 2012.
Begitu pula MetroTV, ujarnya, saat menayangkan ‘Rohis Sarang Teroris’, padahal faktanya tidak demikian. Lalu, ayah dua putra ini menyebut aksi penggerebekan “terorisme” di Temanggung beberapa tahun lalu sekaligus sebagai salah satu upaya untuk menaikkan rating stasiun televisi tertentu.
“Demikian hebohnya aksi penggerebekan ‘terorisme’ di Temanggung pada 2009, lalu disiarkan secara live oleh stasiun televisi, ini tak lebih dari realityshow dalam rangka menaikkan rating,” ungkapnya.
Kezaliman media massa lainnya, menurut Fadhilah Zein, ketika Syafi’i Ma’arif mengakui pernah diminta Polri untuk turut membantu, menyudutkan Ustadz Abu Bakar Ba’asyir dalam kasus “Terorisme”, namun tokoh Muhammadiyah itu menolaknya. “Tapi pernahkah media massa nasional mengangkat tema ini secara kritis, mengkritisi dan memblowupnya, itu tidak pernah,” sesalnya.
Begitu pula waktu demo menentang Irshad Manji, sebuah media berita online terbesar cuma menulis 150 orang yang demo, padahal ribuan, ini kezaliman terhadap umat Islam.
“Kasus Irshad Manji, Gereja HKBP, kasus Ciketing, terorisme, dan sebagainya, semuanya bermuara pada kesimpulan untuk menegaskan: umat Islam itu intoleran, inilah wajah umat Islam Indonesia,” kata Fadhilah Zein.
Secara tak sadar kita diatur media. Kita hidup dimana teknologi informasi bergerak sangat cepat. Dan, lewat sejumlah media mainstream itu, umat Islam disudutkan. “Tetapi ada perlawanan dari media-media Islam seperti Arrahmah.com, Islampos, Salam-Online, Voa-Islam, dan lainnya. Tak mustahil perlawanan media-media Islam ini, akan mengubah semua itu,” harapnya.
Pembicara berikutnya, Mustofa B Nahrawardaya, seorang aktivis muda Muhammadiyah yang sedang ‘naik daun’, membenarkan apa yang diungkap Fadhilah Zein. Aktivis yang pernah menjadi wartawan ini mengatakan, bahwa ia juga merasakan dan mengalami apa yang telah diungkap oleh Fadhilah Zein.
Menurut Mustofa, media mainstream akan memberitakan jika peristiwa itu merugikan umat Islam. “Tetapi tidak memberitakan jika kasus itu menguntungkan umat Islam,” terangnya.
Selanjutnya, kata Mustofa, fakta-fakta itu bisa dibuat. Ia menggambarkan, bagaimana, misalnya, fakta “terorisme” itu dibuat. Gara-gara mengungkap hal ini, Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Ansyaad Mbai murka kepadanya.
“Waktu itu, dalam dialog (Indonesia Lawyers Club, red) di TVOne saya ungkapkan bagaimana fakta-fakta terorisme itu bisa dibuat, Kepala BNPT Ansyaad Mbai murka pada saya, dan sampai 3 bulan saya tidak bisa tampil di TVOne,” kata Mustofa.
Di bagian terakhir Ustadz Fahmi Salim, MA, menegaskan bahwa media massa menjadi tonggak penting untuk tegaknya risalah Islam.
Wakil Sekjen Majelis Intelektual dan Ulama Muda Indonesia (MIUMI) ini juga mengingatkan, bahwa umat Islam sekarang sedang dikepung musuh dari berbagai penjuru, tapi kemudian ada kuda-kuda berlari kencang dan memercikkan bunga api dengan pukulan kuku kakinya, menyerang kumpulan musuh sebagaimana digambarkan dalam surat ke-101 (QS Al-’Adiyat).
Karena itulah, kata Ustadz Fahmi Salim, umat Islam harus menyiapkan semua sarana, termasuk media, seperti tadi disampaikan oleh penulis buku ini.
Pentingnya kita menguasai media agar, “Jangan terus-terusan kita dibodohi media massa mainstream yang menggambarkan kehebatan musuh,” pintanya.
“Dan, jangan lupa, yang mendorong untuk melawan stigmatisasi (kehebatan musuh, red) juga adalah media sosial. Jadi media sosial juga penting untuk mengimbangi media mainstream,” imbuhnya.
Bagaimanapun, menurut Ustadz Fahmi, kita harus melawan ketika media mainstream menutup-nutupi kasus yang tidak menguntungkan mereka. “Kasus Ahmadiyah atau Syiah, luar biasa, dijadikan alat untuk menampar, lewat kasus-kasus ini umat Islam dizalimi oleh tirani media. Ulama kredibilitasnya dihancurkan, ini harus kita lawan,” tandasnya.
Ustadz Fahmi juga mengingatkan, bahwa jahatnya media mainstream bisa membalikkan persepsi umat yang benar. “Bahwa orang-orang kafir itu lebih baik daripada orang-orang beriman. Orang Islam tak becus mengurus negara, dan sebagainya, macam-macam stigma yang mereka lekatkan,” kata Ustadz Fahmi.
“Mereka menginginkan agar orang-orang kafir saja yang memimpin negara ini… orang-orang kafir lebih santun, lebih profesional, bahkan lebih ‘Islam’ dibanding orang Islam. Dan, mereka mencontohkan Jepang, Amerika, tapi mereka tutup mata, mestinya lihat juga dong negara-negara kafir seperti Filipina, Myanmar, dan lainnya, yang tak becus mengurus negaranya,” papar Ustadz Fahmi seraya mengutip surat An-Nisaa’ ayat 61. (salam-online/arrahmah.com)
Sebarkan!
Raih amal shalih, sebarkan informasi ini...Sabtu, 27 Juli 2013
Rapat Pimpinan Departemen (22/07/2013)
Lembaga Missi Reclasseering Republik Indonesia ( LMR-RI) Komisariat Wilayah Riau melaksanakan Rapat Pimpinan Pukul 16;25 wib (22/07/2013).
Beberapa Pimpinan Yang Hadir :
- Ir. Soni Rahmat
- Arif hasani
- Akmal
- Ir. Ulul Arham
- A. James. Z
- Andrian
- Subhan Ardi Manto
- Dewi. R
- Ade Irama
- M. Fadhil
- Afrizal. SP
- Alkhudri
- Ali imron
- Bagus. R
- Abdul Aziz
Rapat Pimpinan ini terutama dimaksudkan sebagai persiapan menghadapi Musyawarah Nasional II yang rencananya akan dilaksanakan pada tanggal 4,5,6 Oktober tahun 2013 mendatang bertempat di Taman Mini Indenesia Indah-Djakarta, dengan topik utama melakukan konsolidasi organisasi.
Rapat Pimpinan ini menjadi kesempatan yang baik untuk mengorganisasikan peningkatan peran anggota LMRRI secara keseluruhan melalui pimpinan di semua daerah untuk membangun organisasi dalam melaksanakan pengabdian “Untuk Negara Dan Masyarakat” sebagai trade mark dari LMRRI.
Dan membahas tentang pelaksanaan "RAKERWIL "MENINDAK LANJUTI KANTOR SEKETARIAT WILAYAH RIAU, REKENING LEMBAGA & PENETAPAN KEDUDUKAN BENDAHARA & SEKETARIS.
Diharapkan juga akan ada pembaasan tentang pelaksanaan Muswil dan Musda di masing-masing daerah untuk menjadi persyaratan bagi legitimasi kepengurusan organisasi. Selain itu akan dibahas penyederhanaan struktur kepengurusan, untuk menghindarkan struktur kepengurusan yang gemuk tapi kurang berdaya guna dan hasil guna.
---------> Seharusnya Rapat dapat memecahkan permasalahan tertentu, dimana melalui rapat berbagai permasalahan dapat dipecahkan dan berbagai kebijaksanaan organisasi dapat dirumuskan.
------> Namun Hasil rapat tidak pernah ditindak-lanjuti atau hanya berhenti pada tataran ide saja, tanpa pernah diusahakan untuk direalisasikan.
Beberapa tujuan diadakannya rapat, yaitu :
1. Untuk memecahkan atau mencari jalan keluar suatu masalah.
2. Untuk menyampaikan informasi, perintah, pernyataan.
3. Sebagai alat koordinasi antar intern atau antar ekstern.
4. Agar peserta rapat dapat ikut berpartisipasi kepada
masalah-masalah yang sedang terjadi.
5. Mempersiapkan suatu acara atau kegiatan.
6. Menampung semua permasalahan dari arus bawah ( para
peserta rapat ).
ACARA DITUTUP DENGAN BUKA PUASA BERSAMA DENGAN HIDANGAN YANG TELAH DI SEDIAKAN .

.

.,
Selasa, 23 Juli 2013
2. Kompartemen Reclasseering dan Ham
- Dalam Kedudukannya selaku pelaksana penegak hukum Negara (LAW ENFORCEMENT BODY) secara umum dengan menerapkan hukum Pidana maupun secara Perdata, memperjuangkan Hak Asasi Manusia. berusaha untuk mempertahankan dan mencegah agar jangan sampai ada anggota Masyarakat yang tidak bersalah menjadi rusak mental, kepribadian serta kehilangan masa depannya apabila harus menjalani hukum Pidana penjara atau menerima satu keputusan hukum dengan perasaan terpaksa yang dapat terjadi karena lemahnya system penerapan hukum yang berlaku, (Fungsi Bantuan Hukum).
- Berusaha dan Berupaya untuk membina, mengarahkan dan memulihkan mental kepribadian serta meningkatkan kwalitas orang-orang yang "dianggap sampah" oleh Masyarakat, agar dapat hidup membaur dan diterima kembali oleh Masyarakat dengan menjalankan Pekerjaan Reclasseering. (Fungsi Sosial Kemasyarakatan).
Minggu, 21 Juli 2013
1.Kompartemen Bantuan Hukum dan Pembelaan Perkara
- Mengembangkan budidaya hukum disemua lapisan masyarakat untuk terciptanya kesadaran dan kepatuhan hukum dalam kerangka supremasi hukum dan tegaknya Negara Hukum.
- Menata sistem hukum Nasional yang menyeluruh dan terpadu dengan mengakui dan menghormati hukum agama dan hukum adat, serta mengkaji penerapan UNdang-undang warisan Klonial dan hukum Nsional yang diskriminatif, termasuk ketidak adilan gender dan ketidak kesesuaiannya dengan tuntunan reformasi melalui program legislasi.
- Menegakkan hukum secara konsisten untuk lebih menjamin kepastian hukum, keadilan dan kebenaran, supremasi hukum, serta menghargai Hak Asasi Manusia.
- Meningkatkan pemahaman dan penyadaran, serta meningkatkan perlindungan, penghormatan, dan penegakkan Hak Asasi Manusia dalam seluruh Aspek kehidupan.
- Menyelesaikan berbagai proses Peradilan terhadap pelanggaran hukum dan Hak Asasi Manusia yang belum ditangani secara tuntas.
Dalam Bidang Pengkaderan & Peningkatan SDM
Di dalam bidang ini, LMR-RI, hanya melakukan gerakan langsung turun kelapangan dengan Pola mengajak serta keluarga dan Teman Terdekat serta Masyarakat untuk berperan aktif didalam menumbuhkan Rasa cinta Kepada Tanah Air dan Organisasi, sebagai contoh di Sumatera Utara LMR-RI melakukan Perayaan Natal bersama tahun 2007, yang melibatkan seluruh kelompok keagamaan.
Sementara di Papua LMR-RI berperan aktif berdiri diantara Pemerintah Propinsi & Masyarakat, guna secara bersama-sama menjaga Stabilitas Keamanan Wilayah Setempat, Tidak berbeda dengan Propinsi Aceh Darussalam LMR-RI turut membantu Pemerintah & Masyarakat guna menjaga & Meningkatkan Stabilitas Keamanan , dan sungguh kita Syukuri kepada tuhan Semesta Alam, kegiatan ini dirasakan Pemerintah melalui MENKOPOLHUKAM, sehingga, Pemerintah melalui MENKOPULHUKAM tergerak hatinya memberikan bantuan dana Guna LMR-RI tetap dapat melanjutkan kegiatan Menjaga Stabilitas Keamanan di Naggroe Aceh Darussalam
Sementara di Papua LMR-RI berperan aktif berdiri diantara Pemerintah Propinsi & Masyarakat, guna secara bersama-sama menjaga Stabilitas Keamanan Wilayah Setempat, Tidak berbeda dengan Propinsi Aceh Darussalam LMR-RI turut membantu Pemerintah & Masyarakat guna menjaga & Meningkatkan Stabilitas Keamanan , dan sungguh kita Syukuri kepada tuhan Semesta Alam, kegiatan ini dirasakan Pemerintah melalui MENKOPOLHUKAM, sehingga, Pemerintah melalui MENKOPULHUKAM tergerak hatinya memberikan bantuan dana Guna LMR-RI tetap dapat melanjutkan kegiatan Menjaga Stabilitas Keamanan di Naggroe Aceh Darussalam
16. Point Usulan dari Hasil Rapat Perdana
Rapat dimulai Pukul 10;35 Wib (21/07/13)
- Penerbitan SK Komwil
- Penerbitan Surat Tugas untuk kegiatan anggota di lapangan
- Melaporkan hasil Pelantikan Komwil Riau ke Kesbangpol Propinsi Riau
- Membentuk Tim Kerja untuk Sosialisasi untuk pengembangan Lembaga
- Silatur rahmi dengan instansi terkait dalam Pelaksanaan Tugas
- Menyusun Program Kerja pada setiap Departemen
- Konfirmasi lanjut (menindak lanjuti) untuk menetapkan Seketariat
- Menyempurnakan Sistem administrasi
- Mengadakan Pelatihan tentang Organisasi untuk Pengurus dan Anggota
- Melakukan Konfirmasi dengan Pembina dan Penasehat
- Konfirmasi Bendera Pataka, Kop Surat dan Stempel
- Mengadakan Pertemuan bulanan Anggota
- Membuka Rekening Bank atas nama Lembaga
- Kepastian komposisi ke Pengurusan
- Sarat Seketaris mau & Mampu
- Pembuatan Papan Nama Seketariat
Jumat, 19 Juli 2013
LATAR BELAKANG RECLASSEERING INDONESIA
I. PENDAHULUAN.
Maksud dan Tujuan.
- Maksud didirikan Perkumpulan Reclasseering Indonesia yaitu memberikan pertolongan serta bantuan hukum kepada:
a. Orang-orang yang dihukum dan mendapat pelepasan bersyarat;
b. Orang-orang yang mendapat hukuman bersyarat;
c. Orang-orang yang tersangkut sesuatu pelanggaran Hukum Pidana, Hukum Perdata, Hukum Administrasi Negara dan Tata Usaha Negara;
- Tujuan Perkumpulan Reclasseering Indonesia adalah:
- Menegakkan supremasi Hukum dan Hak Asasi Manusia, diantaranya membimbing kearah perbaikan adat istiadat, kepandaian, kelakuan, orang-orang hukuman termasuk mantan nara pidana untuk mencapai kemajuan batin dan kecerdasan moral supaya mereka insyaf hingga kembali ketengah masyarakat, sesuai tingkat derajat dan martabatnya serta mengupayakan bagi mereka pencarian nafkah hidup yang lebih baik dan layak.
- Mewujudkan pemerataan pekerjaan Reclasseering Indonesia, dengan cara mencegah memberantas terjangkitnya penyakit masyarakat seperti perjudian, pemabukan, pemadatan, pelacuran, perdagangan manusia, gelandangan dan pengemis termasuk diantaranya anak-anak terlantar.
- Mengupayakan rumusan Rancangan Undang-Undang tentang Reclasseering demi terciptanya keadilan hukum, Perlindungan, Hak Asasi Manusia serta kesejahteraan umum warga negara Republik Indonesia.
- Mensukseskan program disiplin nasional/ Supremasi Hukum yang dicanangkan oleh pemerintah, sehingga berfungsinya hukum di Indonesia.
- Meningkatkan citra lembaga peradilan dimata masyarakat, sebagai satu-satunya harapan mendapatkan keadilan dalam menyelesaikan perselisihan, sengketa dan perbedaan pendapat serta hal-hal lain yang sering terjadi.
- Menciptakan suasana nyaman dan memberikan jaminan kepastian hukum, dengan melakukan pencegahan atas kebiasaan main hakim sendiri dikalangan masyarakat.
- Perkumpulan Reclasseering Indonesia merupakan perkumpulan Reclasseering yang berbentuk Badan Peserta Hukum untuk Negara dan Masyarakat, Bantuan Hukum didalam dan diluar Pengadilan.
Tugas Pokok.
Pokok-pokok Tugas Perkumpulan Reclasseering Indonesia adalah:
- Sebagai mitra kerja jajaran penegak hukum yaitu Mahkamah Agung, Kejaksaan, Kepolisian, Satpol PP, Trantib Linmas dan sebagainya untuk memberikan masukan baik lisan maupun tulisan tentang permasalahan hukum serta mempersiapkan segala keperluan tugas Reclasseering terhadap persoalan tersebut
- Memberikan bimbingan dan bantuan hukum diluar maupun didalam pengadilan bagi setiap orang yang terlibat dalam perselisihan hukum
- Mendirikan pusat rehabilitasi sebagai tempat penampungan orang-orang yang memerlukan pengawasan, pemeliharaan dan pembinaan sampai habis masa menjalankan hukuman bersyarat
- Membuat study kelayakan sesuai hasil penjajakan usaha-usaha Reclasseering baik didalam maupun diluar negeri guna memperluas cakrawala tugas dan wawasan dunia Reclasseering
- Menciptakan lapangan kerja dan menjalankan bisnis dibidang pertanian, lingkungan hidup, pertambangan, perkebunan, periklanan, pariwisata, penerbangan, perindustrian, pendidikan, percetakan, perkayuan, perdagangan umum, kehutanan, furniture, ekspor-impor, informasi, komunikasi, asuransi, jasa, jurnalistik, kelautan, kesehatan, koperasi, kerajinan tangan, transportasi, kontraktor gudang/ jalan/ jembatan dan lain-lain, untuk kesejahteraan mantan narapidana dan anggota melalui pendirian badan usaha
- Meningkatkan kualitas perkumpulan, program dan koordinasi yang mengacu pada peningkatan pengabdian untuk Negara dan Masyarakat
- Menjalin hubungan dan kerjasama dengan lembaga, yayasan atau badan hukum lainnya yang juga mengemban Tugas Reclasseering
- Menyelengarakan pertemuan-pertemuan, konferensi, pegelaran, ceramah, pameran, seminar, serta rapat-rapat lainnya untuk menunjang suksesnya maksud dan tujuan Perkumpulan Reclasseering Indonesia
Visi;
Terwujudnya
masyarakat yang damai, memiliki watak moral dan etika kebangsaan,
demokratis, berkeadilan, berdaya saing maju dan sejahtera dalam wadah
NKRI yang di dukung oleh manusia Indonesia yang berakal sehat,
berkesadaran hukum dan lingkungan, memiliki etos kerja yang tinggi serta
berdisiplin berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.
Misi;
- Pengamalan Pancasilan secara konsisten dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
- Penegakan kedaulatan rakyat dalam segala aspek kehidupan.
- Penjaminan kondisi aman, damai, tertib dan ketentraman masyarakat.
- Perwujudkan sistem Hukum Nasional yang menjamin tegaknya supremasi hukum dan Hak Asasi Manusia berlandaskan keadilan dan kebenaran.
- Perwujudan Aparatur Negara yang berfungsi melayani masyarakat, profesional, berdaya guna, produktif, transparan dan bebas dari korupsi, kolusi dan nepotisme
III. RECLASSEERING PRA PROKLAMASI KEMERDEKAAN REPUBLIK INDONESIA.
1. Masa Penjajahan Belanda dan Penjajahan Jepang.
Data
akurat yang menjabarkan peranan dan eksistensi Reclasseering terdapat
dalam KUHPidana yang telah di persiapkan sejak tahun 1915.
Berdasarkan
bukti sejarah, Pelaksanaan Pekerjaan Reclasseering di Indonesia telah
di mulai sejak masa Penjajahan Belanda, yaitu bertolak dari Ordonansi
tanggal 27 Desember 1917-Staatsblad 1917 Nomor: 749 dan mulai di
berlakukan pada tanggal 01 Januari 1918. Demikian pula ketentuan
pelaksanaannya seperti yang diatur dalam KUHPidana Pasal 14, 15, 16, dan
17; Secara khusus diatur pula melalui Keputusan Kepala Negara
(Pemerintah Hindia Belanda) tanggal 04 Mei 1926, No.18. Dalam hal ini
terpidana dapat meminta kepada Badan Reclasseering untuk Pembebasan
Bersyarat atau Pembebasan dengan perjanjian apabila yang bersangkutan
memenuhi syarat dan setelah mendapat persetujuan Menteri Kehakiman
melalui mekanisme yang berlaku.
Organisasi Reclasseering Pernah Didirikan pada Tahun 1931.
Reclasseering
didirikan berawal/ berkaitan dengan orang-orang terpenjara, baik
Narapidana karena kejahatannya maupun para Tahanan Politik yang dianggap
menentang kekuasaan Pemerintah Belanda, maka harapan untuk
me-”Nasionalkan” Reclasseering serta untuk menjadikannya sebagai salah
satu Organisasi Perjuangan, sehingga pada tahun 1931 Organisasi ini
berdiri.
Reclasseering
adalah Potensi Perjuangan bagi Kemerdekaan Bangsa Indonesia, sebab itu
para pejuang Kemerdekaan Indonesia menjadikannya salah satu sarana/
wadah dan alat perjuangan diantara kelompok-kelompok pejuang lainnya
untuk menentang Kolonialisme Belanda dan Kekejaman Penjajahan Jepang.
2. Masa Penjajahan Jepang s/d Detik-detik Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia.
Pemerintah
Hindia Belanda di Indonesia kalah terhadap Dai Nippon dalam peperangan
dan Bangsa Indonesia secara langsung jatuh ketangan Dai Nippon,
terhitung sejak tanggal 11 Maret 1945.
Tercatat
dalam sejarah bahwa dimasa Penjajahan Jepang setiap hari ratusan rakyat
Indonesia yang diromushakan mati kelaparan karena perlakuan Jepang yang
sangat terkenal kejam. Meraka dikubur disepanjang Pantai dan didalam
goa yang berada di gunung-gunung se-Pulau Jawa dan Madura. Sedangkan
bagi mereka yang bisa bertahan hidup rata-rata tinggal kulit melekat
pada tulang dengan wajah kusut, pucat dan keriput.
Saat-saat
yang sangat keritis dan gawat menimpa Bangsa Indonesia tersebut, maka
turunlah ”Ilham Reclasseering” bagi bangsa ini melalui sekelompok pemuda
yang sangat mencintai Bangsa Indonesia. Dalam aktifitasnya, mereka
menggunakan sandi dengan nama ”Kelompok 41 (Empat Puluh Satu)”, karena
bermula dari Empat Puluh Satu orang.
”Kelompok
41” ini berperan sebagai pelopor-penghubung dalam proses Pembacaan Teks
Proklamasi Kemerdekaan R.I. Sekitar tanggal 16 Agustus 1945 pukul 04.00
WIB Rombongan Proklamator, termasuk Bung Karno dan Bung Hatta, Ibu
Fatmawati dan Putranya yang masih bayi yang bernama Guntur ”Terpaksa”
meninggalkan Jakarta, dibawa dan dikawal ke Rengasdengklok. Rombongan
Proklamator dapat kembali ke Jakarta pada Malam Jumat Legi, yang tiba
tengah malam pukul 23.00 WIB. Bung Karno dan Ibu Fatmawati beserta bayi
Guntur yang masih berumur 8 (Delapan) bulan kembali ke rumahnya di Jln.
Pegangsaan Timur No. 56, sedangkan Bung Hatta di rumahnya Syowa Dori
(Sekarang Jln.Diponegoro No. 57) Jakarta.
Peristiwa tersebut dikenal dengan Sebutan ”Penculikan Terhadap Proklamator”
karena ketika itu Jepang berjanji memberi Kemerdekaan kepada Bangsa
Indonesia sebagai hadiah. Mengingat Bung Karno diangkat oleh pihak
Jepang sebagai Ketua Tyuu Gi
Kai dan Bung Hatta sebagai wakilnya, Namun janji hanya tinggal janji
belaka. Maka tindakan ”Penculikan Paksa” dilakukan meskipun hal tersebut
sangat beresiko.
IV. RECLASSEERING
PASCA PROKLAMASI KEMERDEKAAN REPUBLIK INDONESIA SAMPAI MASA PERALIHAN
KEPEMIMPINAN NASIONAL DARI Ir. SOEKARNO KEPADA Mayjen TNI SOEHARTO.
Reclasseering
dinyatakan sah berdiri di Republik Indonesia sejak tanggal 18 Agustus
1945 dan sehari kemudian tepatnya tanggal 19 Agustus 1945 menjalankan
dan melaksanakan tugas Negara, yaitu membuka seluruh penjara atas
perintah dan intruksi Presisen R.I Ir. Soekarno kepada Mr. R. Moetopo.
Para
tawanan perang dan orang-orang penjara yang dibebaskan ini segera
diatur dan dikoordinir dalam satu wadah, yaitu Reclasseering Republik
Indonesia (pada tahun 1946 mulai dikenal sebagai Lembaga Missi
Reclasseering Republik Indonesia – LMR-RI).
Reclasseering
telah menjadi Reclasseering Republik Indonesia dengan akta Notaris-
berbadan hukum secara resmi untuk dapat melakukan pekerjaan-pekerjaan
Reclasseering di Indonesia.
Reclasseering Menyumbang Emas kepada Negara.
Krisis
politik Bangsa pada awal Kemerdekaan terus terjadi, bukan saja karena
adanya pertentangan secara elit politik yang bergerak secra fisik,
tetapi krisis yang membawa dampak pada perekonomian pada periode
tersebut.
Dalam
keadaan pembenahan Negara Republik Indonesia, baik untuk tatanan fisik
atau pembangunan maupun tatanan keamanan, ketertiban dan kenyamanan,
teristimewa mengenai perekonomian bangsa. Maka demi Negara dan Bangsa,
Reclasseering Republik Indonesia turut serta untuk membangun bangsa
dalam wujud menyumbang sebagian hartanya kepada Negara- Bank Indonesia
berupa Emas Bubuk, pertama 40 (Empat Puluh) Peti melalui Dr. Mohammad
Hatta dan kedua 40 (Empat
Puluh) Peti lagi diberikan melalui Mr. Sjahrir. Hal ini berkaitan dengan
Cadangan atau Beking Keuangan/ Moneter Negara.
Peranan Lembagai Missi Reclasseering Republik Indonesia – LMR-RI.
1. Mengisi Kabinet Pemerintahan R.I.
2. Peran aktif mempertahankan Negara Republik Indonesia.
3. Turut serta menumpas Pemberontakan PKI di Madiun.
4. Mengorganisir Eks Tahanan/ Residivis.
Jaksa Agung Pada Mahkama Agung.
Jaksa
Agung Republik Indonesia pada tahun 1952 memberikan Surat Edaran kepada
semua Kepala Kejaksaan di seluruh Wilayah Indonesia mengenai:
- Anjuran membentuk organisasi-organisasi yang berhubungan dengan penampungan orang-orang penjara yang mendapat pelepasan bersyarat.
- Menyarankan agar sesegera mungkin memberikan kesempatan kepada masyarakat luas untuk dapat membuka dan mendirikan ”Perkumpulan Reclasseering”.
Kantor Besar Jawatan Kepenjaraan Kementerian Kehakiman Republik Indonesia.
Beberapa
bulan sebelum Lembaga Missi Reclasseering Republik Indonesia menerima
Surat Penetapan dari Menteri Kehakiman R.I., pihak Jawatan Kepenjaraan
di Jakarta telah menyatakan dudukangannya dengan memberikan Suarat
Edaran pada tanggal 22 Mei 1954 kepada seluruh Direktur/ Pemimpin
Kepenjaraan agar mengganti pegawai-pegawai Reclasseering untuk
mendirikan perkumpulan-perkumpulan Reclasseering.
Markas Besar Gerakan Pembebasan Irian Barat.
Dalam
pergerakan perjuangan Bangsa dan mempertahankan Negara Kesatuan
Republik Indonesia, tentunya tidak terlepas dari kepedulian terhadap
eksistensi Bangsa dan Negara.
Pada
tahun 1954 Ketua Umum LMR-RI, Tubagus Ibnu Fadjar G.P. atas nama
Organisasi dan perseorangan (sebagai warga negara) menerima panggilan
Ibu Pertiwi untuk Membela Negara demi Pembebasan Irian Barat.
Kepolisian – Reserse Pusat dan Kejaksaan Agung.
Reclassering
R.I. selalu mengadakan hubungan kerja secara erat dengan aparat Penegak
Keamanan seluruh Jakarta Raya bersama Hoofd Biro Kepolisian di Gambir
dan seksi-seksi keamanan yang ada di Tanjung Priok, Jati Baru (Tanah
Abang) dan lain-lain. Kepala Polisi Hoofd Biro Gambir pada saat itu,
KOMBES Soedjono, KOMBES Sempu Muljono dan KOMBES Permadi.
Sedangkan
untuk tingkat Rahasia Negara dihubungkan dengan Kejaksaan Agung dan
Dinas Reserse Pusat, sejak Jawatan Reserse dijabat oleh Sosrodanukusumo
tahu 1950-1954, dan Bapak R. Sunaryo, SH menjabat sebagai Kepala
Kejaksaan.
Imigrasi, Douane dan GIA.
Bersama-sama
petugas terkait, Reclassering R.I. bekerjasma dengan pihak Imigrasi,
Douane dan GIA melakukan pemantauan dan pengamatan udara sekaligus
melaksanakan tugas menghalangi adanya penyeludupan barang-barang yang
terlarang atau yang dapat menimbulkan instabilitas dan merugikan Negara.
Penetapan Menteri Kehakiman R.I. Tahun 1954.
Pemerintah
Republik Indonesia melalui Menteri Kehakiman menerima keberadaan
Reclasseeing secarah Sah dengan memberikan Surat Penetapan Nomor:
J.A.5/105/5 pada tanggal 12 Nopember 1954 yang diumumkan dalam Lembaran
Berita Negara No. 90 pada tanggal 31 Desember 1954 dan Tambahan Lembaran
Berita Negara Nomor: 105 tahun 1954 setelah terlebih dahulu Pimpinan
Reclasseering telah mengajukan Surat Permohonan kepada Kementerian
Kehakiman untuk dicatat dalam Lembaran Berita Negara pada tanggal 18
November 1954 Nomor: 34834/KB/1954.
Surat Keputusan Menteri Kehakiman R.I. Tahun 1956.
Menteri
Kehakiman R.I. menyatakan Pengakuan dan mengukuhkan Badan Reclasseering
di Jakarta sebagai Perkumpulan Reclasseering yang Sah melalui Surat
Keputusan MenKeh Nomor: J.H.7.1/6/2 tertanggal 09 Juni 1956.
Surat
Keputusan Menteri Kehakiman tersebut antara lain mengatur, Tentang
Pelaksanaan Pekerjaan Reclasseering berdasarkan Pasal 6 Ordonansi V.V
staatsbald 1926 No. 447 dan Pasal
8 Ordonansi V.V staatsbald 1926 No. 448 yaitu Perkumpulan/ Badan yang
mendapat Keputusan Menteri Kehakiman yang berlaku di seluruh Indonesia.
Badan Hukum di Luar & Dalam Pengadilan.
Menurut
Penetapan Menteri Kehakiman R.I. Tahun 1954 dan Keputusan Menteri
Kehakiman R.I. Tahun 1956, Lembaga Missi Reclasseering Republik
Indonesia (LMR-RI) adalah Badan Peserta Hukum untuk Negara dan
Masyarakat – Bantuan Hukum Di Luar dan Di Dalam Pengadilan, sekaligus
pelaksana urusan masalah-masalah Kemanusian/ Kemasyarakan atau tentang ”
Hak Azasi Manusia”.
Menjual Cincin Emas Bermata Berlian.
Buku
Anggaran Dasar yang telah di notariskan dan di setujui Menteri
Kehakiman R.I. perlu dicetak/ diperbanyak dan untuk membiayai keperluan
administrasi serta pembiayaan kantor.
Maka
Pengurus Lembaga Missi Reclasseering Republik Indonesia (LMR-RI)
mengusahakan sumber dana dan cara darurat menjual Cincin Emas Bermata
Berlian milik anggota Pengurus dengan laku terjual seharga Rp. 150.000
(Seratus Lima Puluh Ribu Rupiah).
Pancasila dan Lambang Negara.
Jawatan
Pemerintah Republik Indonesia, khususnya Jawatan Penerangan. Baik di
daerah maupun di Jakarta masih berada di dalam masa Penyusunan dan
Pembenahan dari Pemerintah Federal beralih ke Pemerintah Republik
Indonesia, sehingga perhatian terhadap hal-hal yang bersifat
”Sosialisasi”, seperti penyebarluasan Pemahaman/ Pengenalan Pancasila
dan Lambang Negara Burung Garuda belum menjadi target utama.
Disini peran aktif Lembaga Missi Reclasseering Republik Indonesia (LMR-RI) dalam mesosialisasikannyan.
Lembaga Hukum & HAM Tertua di Indonesia.
Berkaitan
dengan peran aktif Lembaga Missi Reclasseering Republik Indonesia
(LMR-RI) turut berpartisipasi mencegah dan mengurangi segala bentuk
kejahatan, baik tindak kejahatan umum, kejahatan ekonomi (Korupsi dan
Kolusi) maupun tindak kejahatan terhadap eksistensi Negara.
Reclasseering sangat mementingkan Hak Azasi Kemanusiaan, seperti dalam
konsep ”Setiap penjajah di
atas dunia harus di hapuskan karena tidak sesuai dengan peri Kemanusiaan dan peri Keadilan” (terdapat dalam Pembukaan UUD 1945).
Hal
ini menunjukkan bahwa Lembaga Missi Reclasseering Republik Indonesia
(LMR-RI) adalah Organisasi/ Lembaga Tertua di Indonesia setelah
Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia.
V. RECLASSEERING REPUBLIK INDONESIA MASA ORDE BARU SAMPAI MASA REFORMASI REPUBLIK INDONESIA.
Reclasseering R.I. Seakan Terlupakan.
Pada
masa transisi Kepemimpinan Nasional dari Presiden Soekarno ke Mayjen
Soeharto, Organisasi Reclasseering mendapat tantangan yang cukup berat,
dihadapkan dengan dua pilihan yaitu tetap independen atau berpihak
kepada Rezim yang dikenal dengan nama Orde Baru. Dalam masa ini
Reclasseering R.I. harus berhadapan dengan sistem Pemerintahan yang
Otoriter (Rezim). Kedudukan Reclasseering R.I. seolah-olah tergeser
secara perlahan.
Bermitra Dengan Lembaga Bantuan Hukum.
Dengan
terbatasnya peranan Reclasseering R.I. sebagai Lembaga Hukum dan HAM
tetap dijalankan dan bekerjasama dengan Advocat atau Pengacara, terutama
dengan LBH ”KRIS”.
Reclasseering R.I. Tetap Berfungsi sebagai Advokasi Masyarakat.
Pelaksanaan
Reclasseering bagi masyarakat tetap dijalankan sekalipun dalam
keterbatasannya, Lembaga Missi Reclasseering Republik Indonesia (LMR-RI)
senantiasa melakukan Bantuan dan Perlindungan Hukum bagi segenap
masyarakat yang memang memerlukan Bantuan Hukum.
Mitra Kerja Interpam POLRI.
Ditengah-tengah
perjalanan Lembaga Missi Reclasseering Republik Indonesia (LMR-RI) di
awal tahun 1981 mendapat tantangan positif dari pihak Intel Pengamanan
POLRI, oleh Asisten KAPOLRI Mayor Jendral Pol. Soekartono. Tanggapan
positif tersebut dibuktikan dengan suratnya Nomor: R/45i/IV/81/SINTELPAM
tertanggal 28 April 1981 yang ditujukan kepada Ketua Umum Presidium
Pusat Lembaga Missi Reclasseering Republik Indonesia (LMR-RI) di Bogor.
Prihal
pokok surat tersebut, antara lain menunjukkan bahwa POLRI dapat
bekerjasama dengan Lembaga Missi Reclasseering Republik Indonesia
(LMR-RI) khusunya dalam bidang Pemantauan dan Pengamatan terhadap segala
indikasi tindak kriminal di masyarakat.
Dalam
hal ini Lembaga Missi Reclasseering Republik Indonesia (LMR-RI) dapat
menginformasikan kepada pihak POLRI segala temuan yang berkaitan dengan
pokok tersebut demi membantu terwujudnya
rasa aman, rasa adil, rasa tentram dan rasa terlindungi dalam kehidupan berbangsa, bernegara dan bermasyarakat.
VI. PENYEMPURNAAN RECLASSEERING INDONESIA.
Reclasseering Indonesia (RI) yang sebelumnya di kenal oleh masyarakat dan pemerintah dengan Lembaga
Missi Reclasseering Republik Indonesia (LMR-RI), pada tanggal 23 Maret
2009 terjadi perubahan menjadi Reclasseering Indonesia yang memiliki
tanggung jawab serta mengemban tugas-tugas Kemanusian, baik menyangkut
aspek Pembelaan Hukum, Rehabilitas segala Ketunaan, maupun aspek
Perlindungan dan Menciptakan Rasa Aman (Security Feeling) bagi kehidupan
Masyarakat dan kelangsungan Negara.
Reclasseering
Indonesia (RI) akan selalu mengawal Kebebasan dan Kemerdekaan berbangsa
dan bernegara dalam tatanan Hukum dan Harkat-Martabat Manusia
Indonesia. Reclasseering Indonesia (RI) menyadari keberadaan bangsa saat
ini yang tengah di perhadapkan dengan banyak persoalan serius, masa
kini yang dikenal dengan masa serba Krisis, yaitu meliputi Krisis Hukum,
Ekonomi-Moneter, Pendidikan dan Budaya telah membawa bangsa ini kepada
nilai-nilai negative. Hal ini merupakan tantangan bagi tugas-tugas
Reclasseering Indonesia sebagai Lembaga yang melindungi Moral Bangsa
dari kehancuran dengan mensosialisasikan Hukum dan Reclasseering kepada
Negara dan Masyarakat.
VII. PENUTUP.
Sebagai
Generasi Penerus Reclasseering dengan Peran Masa Kini, berkewajiban
melindungi Moral Bangsa dari kehancuran dengan mensosialisasikan Hukum
dan Reclasseering kepada Masyarakat dan Negara.
Atas
dasar mendidik masyarakat agar sadar, mengerti dan memahami Hak –
Kewajiban dan Tanggungjawab sebagai warga negara yang baik dan benar,
diharapkan dapat mengembalikan nilai Budaya Positif Bangsa ini sebagai
Bangsa yang Besar.
Peran
Reclasseering masa kini ialah senantiasa hadir dimana-mana, karena
Reclasseering adalah milik kita. Reclasseering juga adalah Pengemban
Hukum dan Keadilan Indonesia.
”Kenal diri kita, maka kita kenal Reclasseering”.
Langganan:
Postingan (Atom)